Kehilangan.

1:02 AM 0 Comments A+ a-



Tanpa terasa, kini aku telah melewati umurku yang ke 17 tahun. Banyak cerita yang telah aku lewati. Tetapi, ceritaku dengan mu... Tidak! Aku tidak ingin mengakhirinya!
Aku telah merasakan pahitnya kehilangan seseorang yang begitu 'penting' di kehidupanku. Kalian tahu? Sepahit apapun rasa yang ada di dunia ini tak sebanding dengan rasa pahit yang ku alami. Yah.. Setidaknya aku tidak perlu menelannya.
Aku juga telah merasakan kehilangan seseorang ku percaya. Hanya dalam kurun waktu setahun, dia pergi meninggalkanku dan lebih memilih orang lain. Sakit? Ntahlah, aku sendiri juga tak tahu apa yang kurasakan. Marah? Tidak, aku tak bisa marah padanya. Mungkin aku yang terlalu egois. Mungkin aku yang terlalu naif. Mungkin aku yang terlalu.... Terlalu.... Ntahlah. Tak ada kata yang cocok.
Kehilangan seseorang yang sangat berarti dihidupku? Aku tak bisa bilang ya, tapi jawabannya bukan juga "Tidak." Seseorang yang aku temukan setelah orang itu mencampakkanku. Seseorang yang mengisi kekosonganku dengan kehangatannya. Seseorang yang mampu membuatku sangat mempercayainya melebihi orang itu. Seseorang yang sangat berarti. Sangat!


Sampai pada saat aku dengan sangat ceroboh dan sangaat sangaaaat egois, mengakhiri 'hubungan' ku dengannya. Ntahlah. Aku tak lagi melihat ada kepedulian didirinya. Aku tak merasakan kehangatan itu lagi. Jiwaku kembali kosong. Saat aku terjatuh, lemah, terluka dan sangat membutuhkan kehadirannya, dia tak ada. Dia menghilang. Dia mengacuhkanku.
Kalian pasti tahu apa yang aku rasakan. Semua rasa campur aduk menjadi satu kesatuan yang membutakanku. Membutakan aku sampai-sampai dengan gampangnya aku mengucapkan kata-kata perpisahan. Sampai-sampai dengan mudahnya aku melepaskannya. Melepaskan orang yang begitu berarti, orang yang mungkin merasakan hal yang sama denganku. Merasakan kekecewaan terhadapku.
Saat aku menyadari semua itu, air mataku mengalir tak terbendung. Mengalir deras bak kolam yang kepenuhan. Dan percaya atau tidak, orang yang bisa membuatku menangis hanya mamaku. Ya, mamaku tercinta. Tapi, kenapa air mata ini jatuh? Kenapa ia tumpah? Kenapa ia juga hadir?

Oh Tuhaaan...
Apa yang telah aku lakukan?
Apa yang telah aku perbuat?
Aku masih mempercayainya. Aku masih membutuhkannya. Aku masih.. Menyayanginya sebagai sahabatku.
Dan keegoisanku berhasil menghancurkan itu semua. Menghancurkan semuanya hingga berkeping-keping.

Ditengah keterpurukanku, dia masih mau menerimaku sebagai sahabatnya. Dia masih mau mendengarkan ocehan ku yang tiada habisnya. Dia masih mau mendengar keluh-kesah ku yang tak berguna. Ya. Dia menerimaku lagi..

Dan lagi, ego ku mengulah.
Aku tau dia sibuk.
Aku tau dia bosan.
Dan mungkin dia muak.
Atau itu hanyalah ego ku yang selalu menyesatkanku?
Ntahlah. Lagi lagi aku merasa dia mengacuhkan ku. Padahal aku tau dia sibuk dan tak berniat begitu. Aku tau itu. Tapi...
Aku sangat membutuhkannya.

Apa yang terjadi padaku?
Apa yang aku pikirkan?
Kenapa aku mengacau seperti ini?
Tenangkan dirimu vir!
Itu hanya egomu!
Ego yang selalu menyesatkanmu!
Tidakkah kau sadar?!

Plaaakk! Aku tersadar bak ditampar dengan keras. Ternyata, posisiku telah tergantikan. Tergantikan oleh seseorang yang jauh lebih baik dibanding aku. Jauh sebelum hubungan itu aku akhiri, seseorang itu telah masuk. Seseorang yang menjadi dambaan tiap orang. Seseorang yang memulainya dengan mengharap ridho Illahi.
Sedangkan aku?
Mungkin aku memulainya dengan ego. Ya, aku hanya bisa menyalahkan egoku. Seseorang itu begitu sempurna. Yang tak bisa dibandingkan dengan aku. Dan jika aku menjadi dia, mungkin aku lebih memilih seseorang itu. Mungkin.

Aku sadar, posisiku mungkin hanya akan membebaninya. Membebaninya dengan segudang alasan yang membuatku bersedih, dan tentu, tak begitu berarti baginya.

Oh iya, aku lupa. Asal kalian tahu, dia tak pernah membebaniku dengan segudang masalah yang dihadapinya. Dia tak pernah menceritakan suka dukanya padaku. Dia.. Mungkin dia.. Tak percaya padaku.

Bodohkan aku?
Jelas-jelas itu tanda dia tak percaya padaku.
Jelas-jelas itu tanda dia tak membutuhkanku.
Jelas-jelas itu tanda bahwa aku tak berarti.
Kenapa aku bisa begitu bodoh?!
Kenapa aku sebegitu butanya karna egoku?
Kenapa aku hanyut dengan drama bodoh ini?
Kenapaaa?!

Maaf. Maafkan aku.
Aku terlalu egois. Tak seharusnya aku memaksamu. Ntahlah. Aku bingung.
Atau aku hanya memikirkannya terlalu berlebihan?

Whatever.
Aku akan melupakan pikiranku yang ngacau ini.
Semoga besok pikiranku jernih kembali.
Semoga besok semua akan menjadi lebih baik.
Aku akan menjalaninya seperti air mengalir.

Thanks buat yang udah baca tulisan ngaco gue ini. Sssttt! Kalian diem2 aja ya. Jangan tanya gue tentang ini. Please. Oh iya, jan bilang siapa2 juga. Soalnya yang boleh tau cuma yang buka blog gue langsung :p hehehe
Lebay gue yak? Biarin woo :'p

Hargai penulis dengan meninggalkan jejakmu :)